Pemerintah daerah yang wilayahnya sering dilanda banjir sehingga aktivitas masyarakatnya terganggu, sebaiknya memanfaatkan radar hujan yang bisa memprediksi curah hujan sesaat sebagai bagian dalam sistem peringatan dini banjir. Alat ini dapat memprediksi intensitas dan lamanya hujan yang akan terjadi hingga H minus 3. Hasil prediksi intensitas dan lamanya hujan yang akan terjadi dapat dikombinasikan dengan perhitungan karakteristik sistem DAS (Daerah Aliran Sungai) sehingga dapat diperkirakan berapa besar banjir yang mungkin terjadi. Bila kemungkinan banjir sudah diketahui sejak dini, maka masyarakat bisa mengantisipasinya.
Peringatan dini banjir dapat dilakukan mulai H minus 3 sampai H minus 1 dengan menginformasikan pada instansi terkait sehingga evakuasi korban dapat diantisipasi lebih dini dan kerugian yang ditimbulkan dapat diminimalkan. Untuk itu memang dibutuhkan biaya yang relatif mahal, namun kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan tampaknya perlu memikirkan peluang aplikasinya. Risiko banjir itu sendiri dapat diminimalkan dengan perbaikan sistem DAS. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan jumlah dan kualitas vegetasi penutup tanah maupun daya tampung jaringan hidrologi DAS. Caranya antara lain dengan menanami kembali kawasan DAS dengan tanaman yang akarnya mampu meretensi air dan melakukan perbaikan bila terdapat penyempitan saluran air atau jaringan hidrologi.
Panen hujan dan aliran permukaan (rainfall and runoff harvesting) yang sebagian besar bisa ditampung jaringan hidrologi DAS merupakan pilihan yang baik. Jaringan hidrologi yang optimal dalam menampung aliran permukaan akan membantu menyediakan air secara merata di seluruh permukaan DAS, menurunkan banjir, memperpanjang waktu respons DAS berupa selang antara hujan maksimum dan debit maksimum, serta dapat menambah cadangan air DAS di musim kemarau.