Banyak sekali orang mempersiapkan anak keturunan mereka. Dan semua jerih payah mereka, mereka kerahkan untuk itu. Yakni bagaimana supaya anak keturunan mereka itu, sepeninggal mereka menjadi pemilik dan penerus bagi harta kekayaan mereka. Jika manusia hanya sampai ke batas itu saja, dan dia tidak melakukan apapun untuk Allah, berarti itu merupakan kehidupan neraka.
Apa gunanya hal itu bagi dirinya? ketika dia telah wafat, apakah dia akan datang umtuk melihat siapa yang menjadi pemilik bagi harta kekayaan peninggalannya itu? Dan apakah dengan itu dia akan memperoleh ketentraman? justru riwayatnya telah habis dan dia tidak akan pernah kembali ke dunia. Oleh karena itu apalah yang didapat dari jerih payah seperti itu, yakni yang merupakan contoh kehidupan neraka di dunia ini dan juga yang akan menimbulkan azab di akhirat nanti?
Dengan memperhatikan Quran syarif akan diketahui bahwa ada dua janji mengenai tidak akan kembalinya lagi orang-orang yang sudah mati. pertama, untuk orang-orang penghuni neraka sebagaimana difirmankan:
"Wa haroomun 'alaa qoryatin ahlaknaahaa annahum laa yarji'uun -- dan terlarang atas penduduk suatu negeri yang telah Kami binasakan bahwa mereka tidak akan kembali." (Al-Anbiya: 96). Kata ahlaknaahaa (Kami telah binasakan) juga tertuju pada azab. Dari itu disimpulkan bahwa orang-orang yang memiliki kehidupan rusak tidak akan kembali lagi.
Dan demikian pula terdapat janji yang sama bagi orang-orang penghuni surga. "Khoolidiina fiiha laa yabghuuna anhaa hiwalaa -- mereka kekal didalamnya, mereka tidak ingin berpindah daripadanya". (Al-Kahfi: 109)
|